| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Arca Totok Kerot Sisi kiri dari arca yang memperlihatkan bagian tangan sampai bahu yang sudah hilang entah kemana. Dibagian belakang foto terlihat pos jagayang ada di lokasi | | | | | Sepintas arca Totok Kerot yang berada di Desa Bulusari, Kecamatan
Pagu, Kabupaten Kediri, tidak jauh beda dengan sepasang Arca
Dwarapala
yang berada di Singosari. Hanya saja kondisinya lebih
mengenaskan karena terdapat bagian tubuh yang hilang terutama
tangan kirinya. Arca ini juga tidak memegang gada seperti halnya
Arca Dwarapala, atau mungkinkah bagian tangan yang hilang dari
arca ini memegang senjata tersebut ? Tidak ada penjelasan yang
pasti. Yang jelas arca ini tegak duduk seorang diri di antara
areal sawah penduduk berteman pagar besi yang mengitarinya dan
sebuah pos jaga yang ketika saya mengunjungi saat itu, tidak
nampak seorang pun ada didalamnya.
Arca Totok Kerot merupakan prasasti jaman Raja Sri Aji di
Lodaya, Kerajaan Pamenang. Konon kabarnya, dulu ada seorang putri
cantik dari Blitar. Sang putri, waktu itu datang ke Pamenang
untuk melamar Joyoboyo, yang sangat tersohor kedigdayaannya.
Malang bagi sang putri, karena Joyoboyo menolak lamaran itu. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Arca Totok Kerot Relief tengkorak merupakan dekorasi umum menghiasi "aksesories" yang dikenakan oleh arca ini | | | | | Akhirnya, terjadilah pertempuran hebat di antara keduanya. Karena
kalah sakti, putri cantik itu mendapat kutukan dari Joyoboyo, dan
berubahlah ia menjadi raksasa wanita berbentuk Dwarapala. Patung
raksasa itulah yang hingga kini dikenal sebagai arca Totok
Kerot.
Arca ini dulunya terpendam dalam tanah. Karena oleh penduduk,
di tempat tersebut dikabarkan ada benda besar, maka pada 1981
lokasi itu digali. Hingga akhirnya, arca itu muncul separuh.
Entah pada tahun berapa dilakukan penggalian ulang yang jelas
saat saya berkunjung lebaran tahun 2005, patung tersebut telah
muncul secara utuh diatas permukaan tanah.
Lokasi dimana arca Totok Kerot ini berada sangat sepi, seperti
layaknya lokasi-lokasi arekologi lainnya yang sepi pengunjung. Sesekali
terlihat pasangan muda-mudi yang mampir sebentar (berpacaran ?)
untuk berteduh dibawah pohon rindang yang ada disekitar patung.
Tidak adanya petugas jaga saat saya berkunjung disana semakin menegaskan
bahwa memang objek wisata arkeologi ini jarang dikunjungi. Atau
mungkinkah saya yang salah menentukan waktu berkunjung karena datang
pada hari-hari menjelang lebaran.
|