Seorang teman baru saja menutup telpon, dia minta dibawakan oleh
oleh dari Jambi.
Sejenak terdiam, mau dibawakan apa kawan satu ini? Di Jambi agak
sulit mencari oleh oleh sesuai selera teman itu. Ada pasar keramik
didekat pasar tua terbesar di Jambi, pasar Angsoduo, tapi jelas dia
tidak akan suka benda pecah belah. Keramik yang didatangkan
dari Batam ini lebih disukai oleh para ibu rumahtangga untuk
menghiasi rumahnya (saya juga malas berat-berat disuruh membawa
barang pecah belah hingga kedalam kabin pesawat). Mencari
makanan khas Jambi pun tak ada. Berbeda dengan Medan yang terkenal
dengan “teri Medan” atau “Bika Ambon”nya,
disini amat sulit mencari pangan khas asli Jambi. Tidak ada
brosur wisata yang menyebutkan keterangan dimana tempat yang paling
bagus membeli oleh oleh di Jambi. Kain tenun pun tidak ada
disini.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Kerajinan - Ukir Kayu, Betung | | | | |
Besoknya, seorang kawan asli Jambi mengajak saya pergi melihat
kerajinan ukir kayu di desa Betung, Kabupaten Batanghari, tepatnya
menuju arah Barat dari kota Jambi. Jadilah, kami bertiga segera
meluncur kesana naik mobil. Saya ingin membawakan satu item kayu
ukir yang cantik dengan bentuk cukup kecil dan mudah ditenteng
kedalam pesawat tanpa ada resiko pecah ditengah jalan. Butuh
waktu 45 menit lebih untuk tiba dilokasi itu, cukup jauh dan
terpencil melewati hutan dan padang savana. Dijalan saya bertemu
dengan beberapa truk pengangkut kayu hutan yang belum diolah. Kata
teman, itu kayu curian. Jambi dikenal dengan hasil hutannya memang,
dan hutan disini termasuk yang dijarah secara serakah tanpa
mengikuti aturan regulasi jelas. Penjarahan merajalela hingga
masuk ke hutan konservasi di “Bukit Duabelas” dan
“Taman Nasional Kerinci”.
Saya teringat nasib suku Anak Dalam yang tinggal disekitar hutan
Bukit Duabelas dan Kerinci. Nasib mereka sebagai “ahli waris
sah” hutan ulayat menjadi terpinggirkan karena “halaman
rumah” mereka dibabat oleh penebang hutan liar. Hutan sebagai
sumber dan napas hidup mereka kian menyusut.
Saya pernah diberi hadiah persahabatan kecil oleh salah satu
Tumenggung – sebutan bagi ketua adat-- dari suku Anak Dalam
berupa kalung mistik yang disebut “kalung Sebalik
Sumpah”. Kalung ini hanya dibuat dari rangkaian biji pohon
Sebalik Sumpah, demikian mereka menyebutnya. Pohon ini langka
sekali, hanya dapat ditemui setelah berjalan kedalam hutan lebat
berhari hari. Cara mengambilnya pun harus disertai
“merayu” pohon itu agar mau merelakan bijihnya diambil
oleh suku Anak Dalam disertai rayuan pantun dan desahan mantra yang
lama dan panjang. Setelah itu baru bisa diambil. Konon, jika pakai
kalung ini, siapapun yang menyumpahi kita (memaki kasar), maka
sumpah serapah itu akan berbalik menimpa orang yang memaki kita.
Mungkin, kelak, tidak akan ada lagi pohon yang akan
“dirayu” dengan pantun puitis apabila penebangan liar
masih merajalela. Mereka manusia hutan, hidup dihutan, dan kini
hutan rumah mereka kian menyusut. Nasib mereka tinggal menunggu
waktu saja .
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Kerajinan - Ukir Kayu, Betung | | | | |
Tibalah kami didesa yang dituju. Hanya ada beberapa toko semi
permanent dari bangunan kayu yang menjual ukir kayu khas Betung.
Saya melongok kedalam, yaaa ampun!... semuanya ukir kayu dalam
bentuk raksasa! Mendadak, timbul sikap malas saya
membayangkan harus membeli satu item ukiran disitu dan membawanya
hingga pulang ke Jakarta. Pengrajin disini ternyata menjual satu
set meja dan kursi yang terbuat dari kayu utuh atau akar kayu tanpa
sambungan. Luarbiasa berat dan berukuran super besar. Jangan tanya
lagi bagaimana beratnya meja kursi ini. Saya yakin, membeli satu
set ukiran ini, dijamin meja dan kursi ini bisa diwariskan hingga
tujuh turunan! Awet dan tahan lama, pasti!
Bahan baku ukir kayu ini kebanyakan berasal dari kayu jenis
Rengas, Meranti, dan beberapa dari Jelutung. Untuk kayu Rengas,
jenis ini dalam habitat aslinya sangat gatal dan dapat menyebabkan
kulit melepuh. Sekali kita menyenggol pohon Rengas, maka dijamin
kita akan memekik panas dan gatal luarbiasa. Penduduk disini
mengolah kayu ini dengan cara membakarnya terlebih dahulu agar
getahnya yang beracun dapat hilang, sehingga kayunya bisa
ditebang dan diolah.
Seluruh sudut toko saya ikuti mencari beberapa item yang layak
untuk dipajang dimeja teman saya. Akhirnya saya menemukan pilihan
asbak kayu atau ukir kayu ikan Arowana. Cuma ini saja, lainnya
tidak ada. Karena tidak mempunyai pilihan lain yang lebih beragam,
saya membeli asbak kayu. Lumayanlah, daripada jauh-jauh datang
kesini tapi tidak membeli apapun, lebih baik membawa satu
oleh-oleh.
|