Menarik utk mengamati Kawah Papandayan pasca letusan Nov. 2002.
Terdapat empat kawah baru dan hilangnya satu kawah besar yg bernama
Naggrak tertimbun longsoran tebing yg sekarang membentuk danau
berair kebiru2an pada musim hujan. Sebagai gantinya satu kawah
besar baru timbul. Kawah2 tsb. masih cukup muda, sehingga bumi
tempat kita berpijak terasa lunak, yg bisa menenggelamkan siapa yg
berdiri diatasnya.
Pohon Suwagi, species khas gunung api meranggas terkena hawa
panas dan debu letusan, terlihat kuncup2 muda yg berusaha tumbuh
kembali. Pohon Edelweis yg terdapat di bumi perkemahan Pondok
Selada terlihat mulai berbunga. Sisa2 debu letusan membuat punungan
Papandayan tampak keputih putihan spt. pemandangan khas akhir musim
dingin di pegunungan empat musim. Jutaan meter kubik material
baru berupa pasir dan batuan besar-besar berserakan di permukaan
lama. Kontour permukaan telah berubah banyak, yg nampak lebih
berfluktuasi dan tentu lebih menarik utk snapshot di
kamera.
Jalan tembus menuju Pengalengan tidak bisa digunakan lagi utk
kendaraan 4 roda. Beberapa bagian terdapat patahan dan longsoran,
beberapa tertimbun longsoran besar. Pada beberapa bagian di
punggungan gunung utk jalur shotcut, agak sulit utk menapak, krn
licinnya medan oleh sisa2 debu halus. Turun punggungan ditempuh dgn
jalan merosot spt bermain ski atau jika kawatir kehilangan
keeimbangan boleh menumpu dgn pantat, kaki dan tangan.
Pemandangan unik, Ojek Gunung khas Papandayan dgn bannya yg
diikat dgn rantai ban, terlihat meraung-raung mendaki dan menuruni
gunung, pengendaranya dgn lihai meliuk2 menghindari batu dan
jurang. Pemandangan ini disukai oleh wisatawan asing, yg terheran2
dgn kepiawaian penduduk lokal memindahkan barang kiriman dgn ojek
dari tempat parkir ke belakang pondok selada. Terminal parkir atas,
posisi terdekat ke kawah lama saat itu, sudah hilang tertelan
material letusan, sedangkan terminal parkir bawah masih terlihat
baik dan masih digunakan.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Papandayan | | | | |
Puncak Papandayan 2,260 meter yg sebelumnya mudah dicapai dlm
hitungan 2-3 jam, sekarang harus dicapai dgn susah payah sekitar 6
jam memutar dari arah Pondok Selada krn beberapa lintasan langsung
sudah terkubur maupun longsor. Umumnya pendakian yg masih bisa
dicapai dgn mudah adalah dari arah sisi belakang (timur),
berlawanan dgn kawah Papandayan. Di Pondok Selada, satu jam
perjalanan dari Terminal Parkir terlihat selang2 plastik air minum
ke arah kaki gunung. Sejak letusan kemarin, air utk keperluan di
Terminal Parkir harus diambil lebih ke atas lagi, karena sumber air
dimana2 berwarna kehitam2 an terkontaminasi kandungan belerang.
Sisa2 selada gunung yg memberi nama tempat ini; tidak lagi melimpah
seperti dulu.
Kawah Papandayan walaupun masih cukup aktif dgn asap uap fumarol
belerang yg melambung setinggi ratusan meter, dapat didekati aman
dgn memperhatikan dan membelakangi arah angin. Menyiapkan handuk
kecil lembab utk pernapasan darurat yg dipakai jika udara uap
belerang terlalu pekat atau arah angin yg bisa berubah tiba2.
Pijakan bumi juga perlu dicermati. Selebihnya, hanya decak kagum
akan keindahan dan keperkasaan ciptaan-Nya utk kita nikmati.
Batu2-an dari letusan baru cukup unik utk souvenir, terlihat
kerlip-kerlip kuning terang bersinar seperti nugget (debu biji
emas), yg barangkali berasal dari pantulan partikel2 belerang didlm
silica. Papandayan terlihat dominant thd puncak-puncak sekitarnya,
sangat jelas dari arah kota Garut dgn tanda kepulan asapnya
membumbung tinggi dan warna beige batu-batuannya yg kontras dgn
kehijauan pegunungan.
Papandayan dapat dicapai dengan mudah dari arah Kota Garut ke
arah Selatan dlm hitungan 30 menit, melalui Samarang ke arah
Cisurupan. Dipertigaan Cisurupan, belok kanan menyusuri jalan desa
dgn aspal bagus yg terus mendaki ke ketinggian 2300m dpl ke Cagar
Alam Papandayan dgn jalannya yg berkelok2 dgn pemandangan kebun
kentang dan hutan pinus yg indah.
Papandayan dapat dicapai dari Jakarta / Bandung, bagus utk
hiking exercise di akhir pekan, dlm satu paket kunjungan ke Kawah
Kamojang, Air Panas di Cipanas dsb-nya.
Kehidupan di Papandayan tampaknya sedang memasuki tahap awal
dari siklus yg selalu berputar spt roda pedati. Tumbuh2an dan juga
mungkin hewan akan berusaha kembali dengan memulai kehidupan spt
nenek moyangnya yg selalu hadir sejak jutaan tahun lampau, tetunyan
jika tidak ada campur tangan manusia.
Semoga bermanfaat
|