Login

 

 
 

Artikel: Budaya - Stupa Sumberawan

 

 artikelgalerilokasiforum

 


[navigasi.net] Budaya - Stupa Sumberawan

Telah dilihat: 6605x

Penulis

:

   Buyung Akram

Referensi

:

-

 

Lokasi

:

Sumberawan;Singosari;Malang

Koordinat GPS

:

S7.855370 - E112.644740

Ketinggian

:

682 m

Fotografer

:

 

 

 

 

 

Tanggapan: 2 

 

 

Galeri: 4 

 


Berkunjung ke Stupa Sumberawan di sore hari nampaknya "bukan waktu yang tepat". Sepanjang perjalanan menuju lokasi yang mesti dilalui dengan menyusuri tepi sungai itu, mesti berhati-hati menjaga pandangan, dikarenakan sungai yang ada menjadi tempat aktifitas mandi bagi penduduk setempat. Beberapa kali mesti menahan rasa jengah atau senyuman ketika mendengar celotehan mereka yang asik mandi.

[navigasi.net] Budaya - Stupa Sumberawan

Stupa sumberawan yang memiliki tinggi 2,23 meter ini memang lebih pantas dijadikan lokasi wisata eco-tourism, lokasinya yang masih alami diantara pepohonan dan sawah penduduk merupakan nilai lebih tersendiri. Meskipun itu berarti bila ingin mengunjungi objek wisata ini mesti rela berjalan kaki sekitar 1,5 km menyusuri tepi sungai yang dangkal namun jernih airnya. Disisi selatan dari Stupa Sumberawan ini terdapat telaga yang jernih airnya. Sumber air yang melimpah tersebut sekarang dimanfaatkan untuk air minum oleh Pemda Kabupaten malang dan sebagian untuk mengairi sawah penduduk.

Nama Sumberawan yang diberikan kepada satu-satunya stupa yang ada didaerah tersebut diduga berasal dari nama desanya yakni Sumberawan. tetapi ada juga yang menganalisa lebih jauh, nama Sumberawan diduga berasal dari kata Sumber dan Rawan (Telaga). Karena didekat stupa tersebut banyak didapat sumbe yang terkumpul kepada sumber yang paling besar dan membentuk Rawan (telaga). Penduduk setempat menyebutnya dengan nama Candi Rawan (Candi Telaga).


[navigasi.net] Budaya - Stupa Sumberawan

Siapa yang menemukan bangunan stupa tersebut untuk pertamkalinya sulit diketahui. Akan tetapi yang jelas penemu pertama tentunya penduduk pribumi setempat yang kemudian melaporkan kepada pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada tahun 1904 baru disebut-sebut oleh orang Eropa (Belanda). Pada tahun 1928 dan 1935 mendapat perhatian dan ditinjau untuk diadakan pembinaan kembali. Sehingga dilakukan penggalian untuk kemudian dilakukan perencanaan dan pembangunan kembali (renovasi) yang selesai pada tahun 1937. Pembinaan kembali itu dipimpin oleh seorang ahli purbakala dari jawatan purbakala Hindia Belanda yaitu Ir. Van Romondt. Selama proses renovasi tersebut mengalami kesulitan untuk menentukan bagian puncak stupa. Bagaimana bentuk stupa itu tidak dapat diketahui secara lebih pasti dikarenakan tidak terdapat sisa-sisa disekitarnya yang berbentuk pucuk semacam payung tertutup.

Letak Stupa Sumberawan ini dikabarkan berada diatas sebuah mata air dibagian bawahnya. Hal ini mengingatkan pada Candi Songgoriti yang juga berada diatas sebuah sumber air, bedanya Candi Songgoriti berada diatas sumber mata air panas, sedangkan Stupa Sumberawan berada diatas mata air biasa/dingin. Kondisi bangunan suci yang didirikan diatas/dekat mata air, jika ditinjau dari sudut pandang agama Hindu dianggap meniru konsep Gunung Mandara sebagai transformator/pengantar air Amerta. Dalam mitologi Hindu, Air Amerta adalah air suci minuman para dewa yang barangsiapa meminumnya, maka akan terhindar dari kematian. Dengan adanya stupa yang merupakan benda atau lambang suci agama Budah itu yang dapat pula diibaratkan gunung suci, maka air telaga Sumberawan yang dianggap suci itu sudah berubah sifatnya sebagai Amerta. Dan itu sangat diharapkan oleh para konsumennya di masa lampau.


[navigasi.net] Budaya - Stupa Sumberawan

Kapan bangunan Stupa Sumberawan tersebut didirikan tidak dapat diketahui secara pasti. Menurut  para ahli diduga bangunan ini didirikan sekitar abad ke 15 Masehi. Bahkan ada yang menduga bahwa daerah ini dahulunya yang bernama Kasurangganan, yaitu daerah yang pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359, ketika ia pergi ke Singosari.  Hal ini diberitakan dalam kitab Negarakertagama karangn Empu Prapanca yang disebut pada puph 35 bait ke 4, yaitu sebagai berikut:

"...sebabnya terburu-buru berangkat, setelah dijamu bapa asrama karena ingat akan giliran menghadap di balaikota Singosari sehabis menyekar di candi makam, nafsu kesukaan bermanja-manja mengisap sari pemandangan di Kedungbiru Kasurangganan dan Bureng"

Alternatif penamaan Kasurangganan yang identik dengan daerah Sumberawan sekarang karena daerah yang disebut diatas yaitu Kedungbiru dan Bureng, masing-masing terletak diselatan daerah Sumberawan. Kedungbiru sekarang berubah menjadi dukuh Mbiru, sedangkan Bureng diduga berada  disebalah utara desa Karangploso.

Tentunya Stupa Sumberawan saat ini tak seindah ketika Raja Majapahit Prabu Hayamwuruk berkunjung ke sana. Atau juga tak seekologis tahun-tahun 1950-an, ketika masih ada banyak lutung bergelantungan di pepohonan, ketika masih banyak burung nuri yang mematuk-matuk buah jagung, dan burung tekukur beterbangan dari pohon ke pohon. Namun, saat ini Sumberawan masih layak disebut dengan istilah taman bidadari. Masih indah, sejuk, bersih, dan asri. Persawahan di dekat-nya melapangkan pandangan. Dua aliran sungai yang bersumber dari mata air menimbulkan gemericik. Suara yang juga indah di telinga dan sejuk di hati. Hanya mungkin perlu sedikit tambahan sarana dilokasi ini yakni toilet. Tak kurang, tak lebih.

navigasi.net 2003 - 2025