Songgoriti memang memiliki ojek wisata air panas yang cukup
terkenal di wilayah kota administratif Batu, bahkan di Jawa Timur.
Tapi siapa sangka bahwa selain objek wisata air panas, terdapat
pula sebuah objek wisata budaya dalam bentuk candi yang bernama
Candi Singosari. Jujur saja sudah puluhan tahun tinggal di Malang
saya sama sekali tidak menyangka kalau ada sebuah candi di kawasan
wisata air panas tersebut. Kalau bukan dari sebuah buku pariwisata
budaya yang saya peroleh saat berkunjung ke Candi Kidal, mungkin
hingga saat ini saya sama sekali nggak akan pernah tahu akan
keberadaanya. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Songgoriti Sisi selatan dari candi yang sudah runtuh | | | | |
Tenggelam dalam kepadatan pengunjung wisata air panas
songgoriti, memang keberadaan Candi ini kurang diketahui/diminati
oleh pengunjung. Bukan hal yang aneh mengingat kondisi candi
tersebut boleh dibilang sudah tinggal separuhnya, beberapa relief
dan arca yang ada sudah tidak utuh lagi. Ditambah ukurannya yang
tidak besar yakni hanya 14.36 x 10.10 meter dan tinggi 2.44 meter,
candi ini bisa dibilang tersembunyi dari pagar hotel yang sering
dipakai dan dijejali kendaraan roda empat.
*Lokasi Candi Songgoriti ini sebenarnya terletak disebuah lembah
yang memisahkan antara lereng Gunung Arjuna dengan lereng Gungung
Kawi. Candi ini dibangun diatas mata air panas yang pada masa lalu
diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bangunan candi
terbuat dari batu andesit, sedangkan pondasinya dari batu bata.
Secara arsitektural bangunannya terdiri atas kaki, tubuh dan atap
candi, sedangkan yang sampai sekarang bisa dilihat hanyalah kaki
candi dan sebagian tubuh candi sisi Timur, Utara dan Barat. Masa
pembangunan Candi Songgoriti belum dapat diketahui dengan pasti,
tetapi diduga candi ini berasal dari masa pemerintahan Pu Sindok,
yakni masa perpindahan kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
sekitar abad IX - X masehi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Songgoriti Relief-relief candi (sisi utara) yang sudah tak utuh lagi | | | | |
Dilihat dari arsitekturnya yang sangat sederhana, Candi
Songgoriti digolongkan sebagai candi tertua di Jawa Timur dan
mempunyai hiasan berlanggam Jawa Tengah. Bangunan sisi candi yang
tersisa (Timur, Utara, Barat) memiliki relung-relung sebagai tempat
arca. Relung sebelah Timur merupakan tempat arca Ganesha, yang
arcanya tinggal sebagian, yaitu bagian perut dan kaki. Relung
sebelah Utara arcanya sudah hilang, sedangkan relung sebelah Barat,
arcanya sudah tidak menempel lagi di relung, tetapi masih berada
dilingkungan candi. Arca ini merupakan arca Agastya, yang dalam
agama Hindu merupakan salah satu dari tujuh pendeta yang
menyebarkan agama Hindu di Asia Tenggara dan Jawa.
Catatan mengenai candi Songgoriti pertama kali dibuat oleh Van I
Jsseldijk pada tahun 1799, dan kemudian oleh Rigg pada tahun 1849
dan Brumund pada tahun 1863. Dalam tahun 1902 Knebel melakukan
inventarisasipada situs Candi Songgoriti dan dilanjutkan
dengan perbaikan (renovasi) pada tahun 1921. Candi Songgoriti
yang kita lihat sekarang ini merupakan hasil renovasi pada tahun
1936-1946. Pada saat dilakukan renovasi diketemukan empat buah peti
batu yang didalamnya berisi lingga-yoni dari bahan emas dan
perunggu, mata uang, serta kepingan emas yang bertuliskan nama
dewa.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Songgoriti Mata air panas yang berada di bagian bawah candi | | | | |
Dari temuan-temuan tersebut dan adanya arca Agastya, menunjukkan
bahwa candi ini bersifat Siwaistis. Mengenai fungsi dari Candi
Songgoriti belum dapat diketahui dengan pasti, diperkirakan tempat
ini merupakan tempat pemujaan/upacara tertentu, mengingat didalam
bilik candi ini terdapat sumber air panas yang mengandung belerang,
yang dapat menyembuhkan penyakit kulit. Sampai sekarang, sumber air
ini dimanfaatkan sebagai sumber air pemandian yang letaknya tidak
jauh dari Candi Songgoriti.
Kabar terakhir, Dinas Pariwisata Kota Batu pada 2005 akan
mengajukan permohonan bantuan anggaran kepada Pemprov Rp 1 miliar.
Dana itu untuk merenovasi dan menata konstruksi candi yang rusak
parah, mengingat mahalnya biaya pembuatan replika dan lebih dari
25% bangunan candi itu tak utuh lagi.
*sumber: artikel wisata di lokasi Candi
Songgoriti
|