Sungguh sulit membayangkan bentuk sebenarnya dari candi ini,
seluruh bagian tubuh candi ini, sudah tertutup dengan rumput
bahkan kondisinya tidak jauh beda dengan gundukan tanah berumput
yang sering dijumpai di padang-padang golf. Dari berbagai
literatur yang berhasil saya temukan dari buku dan juga pencarian
situs-situs terkait di internet, menjelaskan bahwa bentuk candi
ini adalah menyerupai piramida dengan alas 36x34 meter dan tinggi
yang hingga sekarang belum bisa diperkirakan. Bagian tengah candi
ini berupa sumur dan terdapat tangga masuk terbuat dari batu
putih (gamping). Beberapa buah batu andesit juga ditemukan
disekitar candi yang masih belum bisa diketahui secara jelas akan
fungsinya.
Salah satu literatur tersebut (situs-situs marjinal, enrique
indonesia 2002) menjelaskan bahwa pernah ditemukan yoni pada
lokasi ini. Suatu temuan yang bisa dijadikan sebagai dasar acuan
bahwa Candi Abang ini kemungkinan besar adalah peninggalan agama
hindu. Yoni yang terdapat di candi ini berbentuk segidelapan
dengan setiap sisinya berukuran 15 cm. Namun literatur lain
(Kompas, 30 Nov 2002) menyebutkan bahwa benda berbentuk
segidelapan tersebut adalah alas arca, bukan yoni. Bentuk alas
arca tersebut sangatlah unik mengingat umunya alas arca berbentuk
bundar atau empat persegi panjang. Sayangnya alas arca ini telah
dirusak oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab sekitar
pertengahan November 2002, dengan kemugkinan alasan terjadi upaya
pencarian harta karun pada lokasi ini. Dari isue yang pernah
beredar, lokasi Candi Abang ini merupakan tempat penyimpanan
harta karun, terlepas dari apakah memang berupa harta karun
beneran, ataukah makna harta karun sebagai pusaka atau piandel
(kepercayaan).
Pastinya, saat saya berkunjung kelokasi ini dalam perjalanan
mudik lebaran 2005 lalu, tidak ada lagi yoni maupun alas arca
seperti yang dijelakan oleh literatur tersebut. Batu bata merah
yang merupakan bahan utama pembentuk candi telah terselimuti
rumput yang tumbuh dengan suburnya. Bagian tengah candi juga
sudah tidak mirip lagi dengan bentuk sumur, namun lebih mirip
galian tanah tak berbentuk. Hanya saja susunan batu bata
pembentuk dinding candi masih bisa dilihat diantara akar-akar
rumput atau semak belukar. Sebuah kondisi yang ironis dan tidak
sesuai lagi dengan namanya dimana candi abang yang berarti candi
merah karena terbangun dari batu bata merah, lebih pantas disebut
dengan candi ijo karena lebat dan suburnya rumput yang tumbuh di
Candi Abang tersebut.
|